Jumat, 05 Januari 2018

Persiapan Embak Kantoran Menjadi Working Mom

Persiapan Embak Kantoran Menjadi Working Mom


Setelah mikir berbulan-bulan (iya berbulan-bulan) sampai tema arisan berikutnya keluar muncul juga judul ini. Mau nulisin tentang ibu kok yaa belum mulai aja udah mewek semewek-meweknya. Terlalu banyak yang ingin ditulislan tentang emak tercinta. Tapi sungguh untuk memulainya aku tak kuasa. Biarkanlah rasa cintaku pada emak aku rajut lewat doa pada Sang Pencipta. Duh, gini aja udah mrembes mili dan mikir ke mana-mana. Jadi menjawab tema arisan yang digawangi Mbak Chela dan Mbak Noorma, aku memilih menuliskan yang lain. Hehehehe. Masih dalam koridor tentang peribuan kok, Mbak. *salim*

Working mom.

Tentu sebagian besar orang udah nggak asing lagi sama istilah ini. Bahkan sempat juga rame saling membandingkan antara working mom dan full mother at home. Menurutku sama aja sih ya sebenarnya. Keduanya sama-sama ibu, punya anak dan ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Walau memang ada harga yang harus dibayar untuk itu semua. Lagian hidup itu juga sebuah pilihan bukan? Dari pilihan-pilihan itu tentu sudah dipikir masak-masak apa resikonya. Semua pilihan juga ada plus minusnya kan? Tak akan pernah ada yang sempurna.


Aku pernah ada pada titik memiliki impian menjadi seorang full mother at home. Padahal aku belum nikah lho. Baru kenalan doank. Hahahaha malah curhat. Entah karena pergaulan yang emak-emak rumahan semua atau hasutan gebetan *eh gimana. Wkwkwkwk. Masa lalu ini masa lalu. Aku sekarang udah move on beneran kok.

Hingga pada akhirnya aku menyadari satu hal, masih ada sesuatu yang harus aku perjuangankan. Ini tercetus saat aku dan teman-teman berbincang tentang resign, working at home dan working mom. Kebetulan banget satu bidang tempatku bekerja 90% didomisili wanita. So, bisa kebayang kan gimana rempong dan riuh rendahnya kantor? Hahahaha. But, I love them so much! Merekalah tempat aku belajar bagaimana membagi peran menjadi karyawati tanpa meninggalkan kiprah seorang ibu.


Officemates :*



Berinteraksi dan melihat teman-teman kantor berjuang melakukan yang terbaik untuk keluarganya, aku seringkali berfikir apakah mampu mengemban amanah seperti teman-temanku yang hebat itu. Ada yang harus menempuh puluhan kilometer setiap hari demi kantor dan keluarga. Kalau dipikir emang ngapain ya kerja jauh-jauh dan dilaju tiap hari. But, we don't know their reason. They working for family or want to reach some dreams. Who knows?

Setelah berfikir-fikir, berdiskusi dan cari referensi, kayaknya aku memang lebih cocok jadi working mom. Secara kalau banyak diem di rumah bisa mati gaya. Hahaha. Nah, ada beberapa persiapan kalau nanti mau bersuamik alias nikah atau merit. Semacam ngajuin persyaratan dulu. Wkwkwkwk.

1. Ngomong dan bahas sama pak suwamik kalau tetap ingin kerja. Tentu ngomongnya nggak pake otot yaaa. Just discuss from heart to heart. Ceileeeeh. Hahaha. Demi masa depan eeuyyyy, kan kudu dipertimbangkan sebaik mungkin *uhuk. Kalau pak suwamik nggak ngijinin gimana? Yaaaah itu mah diluar kuasa aku. Sementara egonya sih masih pengin kerja. Hahahaha.

2. Banyak gahul sesama working mom. Serius deh ini perlu banget. Secara yaa kalau frekuensinya sama tuh pasti nyambung. Merasa senasib kali ya. Hahaha. Sama-sama mengemban amanah gituh istilahnya. Dueileh berat amat, Mbaakk!

Officemates squad

3. Keep stay with my hobby. Sebagai orang yang 8 jam bahkan lebih waktunya dihabiskan di kantor, berkutat dengan hobi itu perlu banget. Biar nggak gampang stress juga kan, secara kadang kerjaan kantor tuh bikin emosi jiwa raga. Hahaha.

4. Sesekali hangout sama teman dan keluarga. Ngobrol receh sama teman itu obat mujarab ngobatin stress. Ketawa ketiwi sejenak melupakan deadline-deadline yang kadang bikin muntah. Hangout nggak harus di tempat mahal berkelas, kadang minum es teh sambil makan gorengan terus ngobrol ngalor ngidul aja udah bahagia banget. Pulang-pulang sumringah deh. 

5. Traveling dan voulenteering. Aku mencintai dua kegiatan ini. Walau kegiatan travelingku tak sesering dan sebanyak para traveler (lagian aku ogah disebut traveler) tapi sesekali perlu juga jalan agak jauh. Entah keluar kota, luar provinsi atau luar pulau. Merefresh kembali otak yang mulai mbulet. Aku juga mencintai dunia voulenteer. Dunia yang membuatku tak pernah berhenti bersyukur. Bisa bertemu orang-orang hebat yang tak pernah membutuhkan panggung. Yes, I love them so much!

Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau
Genks positive! :*

Mungkin ini hanya sebuah khayalan semata. Aku hanya berhak menuliskan impian menjadi working mom. Satu hal yang pasti, aku masih ingin menikmati detik demi detik menjadi bagian dari negara ini. Aku ingin memberikan sedikit kontribusi pada negara tercinta. Jika kontribusiku dengan mengabdi pada sebuah perusahaan, kenapa enggak? Toh, semua orang juga memiliki kiprahnya sendiri dalam mengabdi.

Jika nanti pak suwamik nggak ngijinin aku menjadi seorang working mom, itu beda urusan lagi. Sekali lagi aku hanya berhak bermimpi dan menuliskan, sedangkan sisanya Tuhan yang berhak menentukan.

Duhai (calon) pak suwamik akankah dirimu mengizinkan aku mengabdi pada perusahaan sebagai bentuk pengabdianku pada negara tercinta? :)


Salam,

@tarie_tarr

1 komentar: