Senin, 10 Juli 2017

Menghitung Jarak Bangka - Sungai Liat Pulang Pergi dengan Sepeda Motor



"Mbak, tadi katanya cuma 45 menit, tapi ini kok udah hampir satu jam gak sampai-sampai sih?" tanya saya sambil meluruskan punggung.

Meluruskan punggung di sini dalam artian cuma ngolet alias gerak-gerakin badan biar nggak pegel disaat motor melaju. Semoga ngerti istilah ini deh ya. Hahaha. Abisnya bingung mau mengungkapkannya. Perjalanan yang saya tempuh dengan sepeda motor kali ini sungguh sangat istimewa.

"Paling sebentar lagi, Tar. Uwis pegel yo?" tanya Mbak Dee.

"He'eh je, Mbak. Perasaan udah nyetir hampir sejam nggak nyampe-nyampe."

Siang itu kami menembus aspal mulus tanpa traffic light menuju Sungai Liat dari Bangka. Tujuan kami adalah Pagoda Vihara Puri Tri Agung. Sebuah destinasi wisata yang bersebrangan dengan Pantai Tikus. Jika dikalkukasi dengan maps, jarak Bangka ke Sungai Liat ditempuh sekitar 1,5 jam via jalur kota. Tapi berdasarkan informasi orang Bangka, kami hanya perlu menempuh jarak 45 menit via jalur baru. Dodolnya kami percaya saja informasi itu. Enggak mikir itu 45 menit ditempuh dengan apa, kecepatan berapa. Huhuhu. 

Pagoda Vihara Puri Tri Agung
Pagoda ini cakep banget kaaaann?
Padahal jauh-jauh hari sebelumnya, temen kantor pernah cerita jika jarak di Jawa dan luar Jawa itu berbeda. Jika di Jawa bisa ditempuh 1 jam, bisa jadi di luar Jawa lebih dari itu. Satu jam di Jawa bisa jadi sudah melalui beberapa traffic light dan kemacetan. Sedangkan di luar Jawa lebih enggak macet dan juarang buanget traffic light . Bayangkeuun sajah deh. Saya dan Mbak Dee menuju Sungai Liat melalui jalur pintas dan sama sekali nggak nemu traffic light. Jalanan lenggang, luas dan sepi pengendara. Mau ngebut mah jabanin aja. Tapi tetep aja 2 jam baru bisa sampai tujuan. Padahal kayaknya dulu embak nyetir sampai kecepatan 60 km lhoooo. Banter toh?

Nggak usah ditanya gimana boyok, rasanya langsung kangen kasur bantal guling. Memang sih tempat tujuan kami cantiiikk bangeettttt! Pagoda berhadapan langsung dengan pantai luas. Dari halaman pagoda sudah bisa menikmati indahnya laut. Pokoknya top banget! Sayang seribu sayang, dua jam perjalanan menuju tempat idaman tak bisa terbayar tuntas. Saat kami baru masuk sudah ada peringatan untuk keluar. Huhuhu. Sudah terlalu sore untuk berkunjung. Kami hanya sempat mengabadikan beberapa sudut saja. Saat itu pengunjung juga rame banget.
Pagoda Vihara Puri Tri Agung
Cantik gak? Ini di halaman pagoda lhooo

Saat pulang kami menempuh jalur berbeda. Kami lewat jalur kota karena Mbak Dee ingin silaturahmi dengan teman semasa di pondok. Jalur yang kami tempuh hampir mirip dengan sebelumnya. Hanya saja perkampungannya lebih rapat dengan jajaran rumah penduduk. Kami nggak perlu khawatir jika ada apa-apa di jalan. Berbeda dengan jalur sebelumnya yang kanan kiri hanya ada rawa-rawa belaka. Kelak-keloknya sih sama persis. Hihihihi.

Entah berapa jam yang kami habiskan menuju rumah teman Mbak Dee. Sampai di rumah kami langsung berasa menemukan oase di tengah padang pasir. Bisa meluruskan punggung yang benar alias rebahan sesungguhnya. Enggak cuma ngolet di motor doank. Belum lagi kami bisa menikmati jambu air paling endeusss khas Sungai Liat. Andaikan nggak inget bagasi langsung bawa banyak. Hahaha.

Setelah leyeh-leyeh, melepas lelah sejenak, Mbak Dee kangen-kangenan dan menikmati jamuan dari sang tuan rumah, kami pamit. Kalau nggak salah kami baru beranjak jam 9 malam. Kami harus kembali ke Bangka karena esok harus mengejar penerbangan paling pagi. Jangan ditanya gimana rasanya nyetir non stop seharian. Yup, embak nggak gantian nyetir karena Lala, anak Mbak Dee nggak mau bundanya di depan. Huhuhu. Jadi tantenya yang cantik ini harus ngalah nyetir keliling Bangka ke Sungai Liat pulang pergi.

Jambu Air Sungai Liat
Jambu air ini enaaaakk bangeetttttt!!!!

Jujur embak sudah capai banget. Walau embak biasa bawa motor ke mana-mana tapi seharian nyetir gempor juga. Belum lagi embak lupa nggak bawa jaket. Alasannya sederhana, karena info 45 menit dan Bangka itu panasnya warbiyasak. Kan sumuk banget kalau siang bolong berjaket ria. Walau kata orang-orang sih saat mengendarai motor baiknya pakai jaket, sarung tangan dan masker. Embak waktu itu blas gak pakai sama sekali. Cuma berbekal helm doank cobak!

Perjalanan ke Bangka dari Sungai Liat jangan ditanya dinginnya. Angin malam kan nyes banget kena kulit. Beruntung ada jas ujan di jok motor. Yoiiihh jadi embak malam-malam berjas hujan ria walau enggak ujan. Lumayan untuk membantu mengusir angin malam. Walau sebenarnya enggak ngaruh banget. Tetep aja kerasa dingin. Belum lagi mata mulai gliyat-gliyut. 

Selama perjalanan embak banyak-banyak istighfar dan ngobrol dengan Mbak Dee. Semua demi ngilangin rasa kantuk yang menyerang. Jalanan sih memang mulus tapi lebih banyak kendaraaan jadi kudu waspada. Ada juga jalanan yang sepi berkelok-kelok dan lampu jalan tak begitu terang. Belum lagi kadang nemu jalan yang berlubang. Kan itu bahaya banget yaa. Harus ekstra hati-hati walau badan rasanya remuk redam kedinginan.

Pagoda Vihara Puri Tri Agung
Wajah kucel tapi bahagia sampai ke tujuan :)))
Jarak yang kami tempuh kurang lebih sama dengan berangkat. Saat melihat tanda sudah masuk kota Bangka rasanya plong banget. Nggak sabar merebahkan badan dan mandi. Hahaha. Badan sudah lengket semuaaaa.

Naik sepeda motor seharian penuh tanpa jaket, sarung tangan dan masker dengan jarak tempuh yang terbilang sangat jauh sungguh jadi pengalaman traveling yang berkesan. Memberi pelajaran pada embak untuk lebih dalam melakukan riset saat akan plesir. Sekarang saat plesir embak selalu menyelipkan cardigan untuk jaga-jaga. Minimal enggak lagi mengulang pakai jas ujan untuk mengusir dingin. Hahaha.

Ngomongin pengalaman traveling yang berkesan banyak banget yang ingin diceritakan. Tapi untuk arisan putaran kelima dari Mbak Muna Sungkar dan Mbak Wuri Nugraeni, embak langsung ingin berbagi cerita soal sepeda motoran Bangka ke Sungai Liat pulang pergi. Seru, tegang dan memberikan banyak pelajaran bahwa segala sesuatu harus dipersiapkan sebaik mungkin. Jika nanti dijalan ada hal diluar kendali sepenuhnya bukan salah kita.

Kamu mau sepeda motoran bareng embak nggak? Sekarang bakal pakai alat perang komplit deh. Hahaha.


Salam,

@tarie_tarr

1 komentar: