Ngomongin masa kecil nggak pernah akan ada habisnya. Tema yang dipilih Mbak Nia dan Mbak Anjar membuat embak mengingat-ingat kenangan masa kecil apa yang sangat berkesan. Semua sangat berkesan sih yaa. Hampir bingung dibuatnya. Hahaha. Tapi ada satu kenangan yang bikin senyum-senyum, ngikik dan geleng-geleng kalau dingat. Apa itu? *tutup muka*
Dari lahir sampai sekolah embak tinggal di desa. Jadi semua permainan pasti berhubungan dengan alam. Kalau nggak langsung nyemplung tanah berlumpur, ya, bahan mainan diambil langsung dari alam. Keterbatasan ekonomi membuat orang tua embak nggak pernah beliin mainan yang aneh-aneh. Satu set mainan masak-masakan yang entah dibeli sejak kapan menemani masa kecil embak.
Permainan masak-masakan versi embak itu macem-macem. Dimulai dari main dengan satu set peralatan masak mainan sampai beneran. Kalau lagi main dengan peralatan masak mainan berarti akan berkutat dengan tanah, pecahan genting, daun-daunan. Entah masakan apa yang dibuat. Pokoknya seolah-olah dimasak. Bahkan seolah-olah dimakan. Hahahaha.
Embak baru sadar jika sejak kecil sebenarnya sudah jahil banget. Pantes sampai sekarang kalau urat jahil lagi kumat kebangetan eksekusinya. Hahahaha. Sampai temen-temen suka protes dan geleng-geleng. Ternyata kejahilan itu sudah dimulai sejak kecil. Ini juga masih berhubungan dengan hobi embak main masak-masakan.
Jaman kecil embak udah punya genk. Tiga cewek-cewek yang selisih umurnya hanya setahun. Ada juga genk cowok sih tapi khusus untuk permainan fisik semacam kasti dan petak umpet. Pulang sekolah biasanya pada berkumpul di rumah embak. Permainan apa hari itu akan dieksekusi sambil jalan. Nah, genk cewek ini hobinya main masak-masakan. Hingga suatu hari bikin emak marah. Hihihi.
Ceritanya saat genk berkumpul di rumah, ada ide masak-masakan tapi pakai api beneran alias eksekusi di dapur. Berhubung genk habis dapat pelajaran memasak di sekolah jadi pengin praktek ilmunya di rumah. Mulia banget kan niat kami? Hahahaha. Niat mulia yang berujung omelan tak terhingga dari emak.
"Eh, gimana kalau kita bikin keripik bayam kayak di sekolah kemarin? Gampang gitu bikinnya," usul salah satu teman embak.
"Bikinnya di mana? Kan harus ada minyak segala," jawab temen embak yang lain.
"Eeemmm boleh juga idenya. Kita bagi tugas aja. Siapa yang ambil bayam. Siapa yang punya tepung. Nanti minyak dan masaknya di sini gimana?" Usul briliant embak tercetus begitu saja.
"Tapi emakmu marah nggak kalau nanti kita masak-masak di sini?"
"Halah. Enggak apa-apa. Emak kan masih di sawah. Pulangnya pasti sore. Yang penting sebelum emak kembali semua harus sudah bersih. Nanti kita cuci bareng-bareng. Gimana? Nanti jangan lupa disisihin keripik bayamnya buat emak"
"Setujuuuuuuuuu!"
Siang setelah emak ke sawah, kami rame-rame menuhin dapur. Berkutat dengan api, minyak dan adonan. Niat mulia bikin keripik bayam dieksekusi. Nanti emak pasti bangga anak wedoknya udah bisa masak. Berani sama api dapur dan nggak takut kotor. Ahahaha. Tapi memang yaaa semua skenario diatas hanya tinggal skenario.
Saat kami lagi uplek di dapur, nyicip beberapa keripik yang udah mateng dan heboh ngobrol, tiba-tiba emak muncul di pintu dapur! omaigaaatttt! Semua rencana kami bubar jalan. Boro-boro mau nyiapin beberapa keripik buat emak, lha wong wajah beliau langsung datar tanpa ekspresi! Huaaaaaa embak bakal kena omel niiiih.
"Duh, emakmu kok udah pulang sih. Biasanya kan lebih sore," bisik temen embak.
"Iyaa nih. Tumben. Biasanya jam segini belum jatahnya pulang," bisik embak nggak kalah pelan.
Emak memang terkenal tegas dan galak di kalangan anak-anak kampung. Tapi walau begitu setiap hari rumah nggak pernah sepi dengan anak-anak. Heran kan? Orang galak kan biasanya ditakuti, eh, ini kok malah enggak.
"Kalian masak apa?" emak membuka suara. Kedua bola matanya menyapu dapur yang jelas berantakan.
Kami saling lirik satu sama lain. Meminta siapa yang membuka suara duluan. Hingga beberapa detik tak ada jawaban. Akhirnya embak menjawab sambil takut-takut, "Bikin keripik bayam"
"Bocah kok suka main aneh-aneh. Kok ya ada ide begitu. Kalian ngerti nggak kalau minyak mahal? Kalian ngerti juga nggak kalau main api itu berbahaya?
Mata emak memandang satu per satu wajah kami. "Sekarang sudah sore. Sebaiknya kalian semua pulang, mandi, makan dan belajar. Nanti dicari orang tua kalian"
Genk embak melipir satu per satu. Daripada omelan emak bertambah merepet panjang ke mana-mana. Tinggal embak yang sibuk beres-beres bekas kericuhan ide mulia. Hahaha. Sepanjang sore sampai malam embak dapat omelan macem-macem. Entah berapa kali diulang-ulang soal bahaya api, mahalnya harga kebutuhan pokok, jahil dan nakalnya kami. Bak kaset yang terus diputar. Embak
Sejak kejadian eksekusi niat mulia gagal alias kepergok, maka embak semakin penasaran soal urusan dapur. Setiap libur embak selalu setor muka biar diijinkan ikut bantu masak. Yaaah walau emak cuma ngijinin bantu potong-potong sayur, bersihin bawang atau nemenin doank. Biasanya waktu memasak embak bisa ngoceh macem-macem. Entah soal sekolah atau bahas hal nggak penting lain.
Alhamdulillah pelan tapi pasti embak dapat kepercayaan emak buat masak sendiri. Horeeeee horeeee horeeeee. Bebas masak apapun. Emak bapak juga nggak pernah komen nggak enak. Berarti bisa diasumsikan enak toh? Hahaha pedeeee. Walau setiap kali memasak pasti berujung berantakan dan heboh sendiri. Kalau orang lain bisa masak sejam cukup, embak bisa berjam-jam bsrkutat di dapur. Padahal yaaa masak yang gampang lohhh. Wkwkwkwk.
Embak suka berkutat di dapur tapi nggak bisa masak yang aneh-aneh. Pokoknya masakan rumahan dan itu standar. Rasanya juga standar sih. Yang penting serumah doyan. Hahahaha. Maksa.
Semenjak merantau embak sudah jarang masak. Hampir bisa dihitung jari. Sekalipun mudik pasti lebih banyak duduk manis. Emak sudah hendel semua masakan sejak pagi. Kadang kangen juga sih mencoba bikin masakan baru kayak keripik bayam yang gagal itu. Ssstttt...sampai sekarang embak belum tahu gimana caranya bikin keripik bayam dan bisa berhasil. Hahaha.
Main masak-masakan melatih embak mengenal bumbu-bumbu dapur sejak kecil. Belajar bersabar jika gagal. Mencari ide untuk bikin aneka masakan baru. Apakah embak suka masak sampai sekarang? Eeennggg tergantung. Yang jelas mah masih harus belajar banyak soal aneka masakan.
Kalau kenangan masa kecil kamu apa donk? Boleh share yaaaa
Hihihi...hampir sama, aku juga dulu hobi main masak-masakan..dari bikin sop..nasi goreng..dan bikin tungku sendiri dong dari batu bata yg ngabisin banyak minyak tanah krn apinya sering mati :P
BalasHapusIya nih dulu juga pernah main masak2an, tapi rebus telo, wkwkkwkk
BalasHapusSaya waktu SD juga pernah mbak, praktek masak-masakan. Tapi yang dimasak waktu itu adalah Laron. Karena saat itu sedang musim penghujan jadi banyak laron. Akhirnya saya dan teman-teman sepakat membagi tugas, siapa yang bawa tepung, minyak dll. Waktu itu masaknya di rumah teman.
BalasHapusBisa dibayangkan ya jadinya kayak apa, hehe.. akhirnya nggak ada yang mau makan karena geli sendiri dan nggak 'kolu'. Laron goreng tepung itu akhirnya masuk tempat sampah :)
* Maaf mbak Taro, saya kelewatan belum BW tulisan ini :)
Hahahaa...emakku juga ga suka dibantuin masak ataupun belanja. Alhasil daku ya gini2 aja prestasi masaknya :))
BalasHapus