"Ali, ada tante Taro nih. Sini mainnya di luar," seru Mbak Fenty dari ruang tamu.
Kepala bocah berambut pirang tipis nongol sebentar di pintu dan menarik dirinya masuk kembali, "Nggak mau, Bunda. Ali mau main di kamar saja sama kakak!"
"Lho, wong ada tante main ke sini kok nggak ditemenin. Kasian tantenya lah, Nak. Naura, Aqeela, ayo ajak adiknya main diluar!" si emak tetep kekeuh berusaha.
Saya hanya nyegir. Semenjak agak gedean Ali memang sudah susah diajak main. Sudah punya keasyikan sendiri. Kalau dulu tiap ke rumahnya bisa dengan gampang diuyel-uyel, dicium-cium dan digendong. Sekarang boro-boro. Lihat tantenya datang langsung ngacir. Malah udah bisa menggoda si tante ini. Hiks. Nasib.
"Ali, kita foto yuk! Barengan juga sama Kakak Naura juga Kak Aqeela," ajak Mbak Fenty masih tegas berusaha.
Wajah kiyut bermata sipit nongol di pintu kamar. Antara tertarik dan enggan.
"Ali, sini yuk! Kita selfie aja rame-rame!" akhirnya saya turun suara. Penasaran juga menjinakkan bocah lucu ini.
Dengan wajah malu-malu, akhirnya tiga bocah yang ngumpet di kamar keluar juga. Pancingan saya berhasil. Yes!
Baby sitter andalan emak embak blogger dan teman kantor
Bagi sebagian besar teman sudah paham bahwa saya seorang penakluk anak-anak. Julukan "baby sitter" masih tersandang sampai sekarang. Ada juga yang nyebut saya sebagai "pawangnya" anak-anak. Jika ada rencana kopdar, celetukan bagaimana profesionalnya saya sebagai baby sitter pasti terdengar.
Kurang lebih begini :
"Tenang aja, kan ada baby sitter andalan. Aman pokoknya kalau sama Taro"
Hahahaha.
Entah harus senang atau ngenes ya. Wkwkwk. Emaknya asik kasak kusuk ngerumpi. Anaknya pada duduk bersama saya. Duhai, emak! Tantenya yang kiyut ini kan juga pengen ngerumpi cantik. Hahaha. Beberapa kali kopdar saya memang kebanyakan bantuin emak-emak yang bawa anak. Entah sekadar gendong, bantuin ngasih cemilan atau nemenin mereka main.
Jabatan "baby sitter" nggak hanya berlaku di lingkungan emak embak blogger Semarang. Di kantorpun jabatan itu "laku". Banyak anak-anak teman kantor yang "ngintil" ketika sudah berinteraksi dengan saya.
Nggak usah heran kalau kemarin sebelum lebaran saya sempat posting foto agak-agak lebay di facebook. Anak-anak kalau sudah kenal dan berinteraksi dengan saya sekali. Pertemuan selanjutnya akan lebih gampang diajak ngobrol dan bercanda. Paling cukup saya panggil dan tanya macem-macem di awal. Selanjutnya mereka sendiri yang merepet dan nggak mau jauh-jauh sama tantenya ini.
Rahasia seorang baby sitter andalan
Terkadang heran mengapa anak-anak gampang dekat dengan saya. Secara banyak yang bilang wajah saya itu "judes" alias "datar". Beberapa orang bilang kalau ketemu pertama kali pasti saya tuh dikira sombong, judes dan cuek. Yaa gimana ya, wong aslinya saya tuh pendiam. Nggak boleh protes lhoo *kibas jilbab.
Kalau banyak yang bilang judes tapi kok anak-anak nggak takut ya? Malah pada lengket ngalahin perangko?
"Posisikan diri sebagai teman sebaya ketika bertemu anak-anak"
Prinsip dan trik ini yang saya terapkan selama ini. Alhamdulillah manjur.
Bagaimana caranya?
Gampang banget. Ajak mereka ngobrol. Tanya hal-hal yang ada di sekitar atau sedang dilakukan. Tanya tentang sekolah atau kegiatan sehari-hari. Anak-anak tak serta merta bisa menerima orang lain. Lakukan pedekate pelan-pelan. Kalau gedrabugan biasanya mereka malah takut. Kan nggak asyik bikin anak orang trauma sama kita. Ya nggak?
Masih dicuekin?
Kalau usaha nggak ada hasilnya saya biasanya ngajakin foto. Entah ramean sama emak-emaknya. Atau hanya wefie bareng anak-anak. Terbukti manjur juga.
Jaman sekarang siapa sih yang nggak kenal kamera? Sebagian besar anak-anak yang dekat dengan saya sudah mudeng kalau ada komando "yuk selfie sama tante". Mereka akan langsung pasang wajah terbaik. Hahaha. Entah malu-malu, gembira, manyun atau ekspresi aneh. Pokoknya ngegemesin!
Usai selfie atau wefie anak-anak bisa dengan mudah saya ajak bermain. Mereka akan dengan sukarela jadi model. Terkadang mereka malah lebih antusias dengan meminta beberapa kali jepret. Belum lagi kehebohan untuk melihat hasilnya. Wajah-wajah senang, puas dan antusias terpampang jelas. Bisa menangkap ekspresi mereka dari berbagai sudut membuat mulut ini tersenyum lebar.
Beberapa teman sering menyampaikan salam dari anak-anaknya. Bahkan ada yang sudah lama tak berjumpa tiba-tiba menanyakan tantenya dan ingin difoto. Ternyata mereka masih ingat interaksi kami dari berfoto. Di sinilah letak kebahagiaan saya. Alasan terbesar mengapa saya selalu jatuh cinta pada anak-anak. Saya diingat anak-anak!
Nggak jarang juga ketika bertemu lagi mereka akan langsung nodong buat foto bareng. Hehehe. Mereka nggak rela lihat kamera nganggur.
Kamera ponsel, sahabat pedekate saya kepada anak-anak
Saya, kamera ponsel dan anak-anak ibarat sahabat yang tak bisa dipisahkan. Saya cinta pada anak-anak. Sedangkan kamera ponsel merupakan jembatan penghubung antara saya dan anak-anak. Berkat kamera ponsel saya bisa lebih gampang mengajak anak-anak berinteraksi. Di sini bukan dalam arti saya mengajarkan anak-anak untuk mainan gadget lho. Saya sering kok membatasi acara selfie dan wefie. Mengajak mereka melakukan kegiatan lain setelahnya.
Mengabadikan momen ketika anak-anak tertawa lepas, ekspresi ingin tahu, mata bening dan hal kecil lain selalu membuat hati bahagia. Kebahagiaan yang nggak bisa diganti dengan apapun. Kebahagiaan yang saya dapatkan hanya bermodalkan kamera ponsel. Walau sejujurnya kamera depan ponsel saya tak begitu bagus. Bahkan harus beberapa kali jepret untuk hasil yang maksimal. Enggak kalah sering hasilnya malah ngeblur. Hiks. Tak apalah yang penting saya masih bisa menangkap momen. Beruntung kamera belakang ponsel saya cukup mendukung. Setidaknya hasil jepretan bisa membuat mata bening anak-anak berkedip-kedip karena puas.
Sudah lama saya ngidam ponsel dengan kamera depan yang bisa dibilang "mumpuni" buat selfie atau wefie. Saya sih prefer wefie. Soalnya saya nggak pede kalau selfie. Hahaha. Setidaknya kamera depan yang mumpuni bisa buat modal lagi kalau kopdar. Hehehe. Biasanya akan ada bayi atau anak-anak baru yang diajak. Saya kan perlu pedekate lagi. Kalau sama anak-anak lama tinggal colek-colek dan sapa-sapa mereka.
Sering dengar kalau kesan pertama itu menentukan langkah selanjutnya nggak?
Nah kebayang kan kalau pas pedekate saya ngajakin wefie terus hasilnya bagus? Pasti mereka seneng banget!
Saat iseng browsing, hati ini tertarik pada Zenfone 2 Laser ZE550KL keluaran dari ASUS. Saya merasa spesifikasi yang dimiliki cukup membantu saya dalam urusan pedekate sama anak-anak. Kamera depan 5MP sangat cukup untuk mendapatkan hasil terbaik saat wefie.
Belum lagi kamera belakangnya 13MP dengan berbagai fitur yang mumpuni. Agenda saya mengabadikan momen bersama anak-anak pasti jauh lebih menyenangkan. Jepretan yang dihasilkan tentu semakin menambah rasa cinta saya pada anak-anak.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saya nggak bisa lepas dari kamera ponsel. Mengabadikan hal-hal kecil lebih gampang dilakukan dengan kamera ponsel. Terutama untuk urusan pedekate kepada anak-anak. Selain butuh trik khusus, kamera ponsel juga sahabat andalan!
Kalau kamu suka juga sama anak-anak nggak? Gimana pedekatenya? Share donk!
"Ali, kita foto yuk! Barengan juga sama Kakak Naura juga Kak Aqeela," ajak Mbak Fenty masih tegas berusaha.
Wajah kiyut bermata sipit nongol di pintu kamar. Antara tertarik dan enggan.
"Ali, sini yuk! Kita selfie aja rame-rame!" akhirnya saya turun suara. Penasaran juga menjinakkan bocah lucu ini.
Dengan wajah malu-malu, akhirnya tiga bocah yang ngumpet di kamar keluar juga. Pancingan saya berhasil. Yes!
Cheers! |
Baby sitter andalan emak embak blogger dan teman kantor
Bagi sebagian besar teman sudah paham bahwa saya seorang penakluk anak-anak. Julukan "baby sitter" masih tersandang sampai sekarang. Ada juga yang nyebut saya sebagai "pawangnya" anak-anak. Jika ada rencana kopdar, celetukan bagaimana profesionalnya saya sebagai baby sitter pasti terdengar.
Kurang lebih begini :
"Tenang aja, kan ada baby sitter andalan. Aman pokoknya kalau sama Taro"
Hahahaha.
Entah harus senang atau ngenes ya. Wkwkwk. Emaknya asik kasak kusuk ngerumpi. Anaknya pada duduk bersama saya. Duhai, emak! Tantenya yang kiyut ini kan juga pengen ngerumpi cantik. Hahaha. Beberapa kali kopdar saya memang kebanyakan bantuin emak-emak yang bawa anak. Entah sekadar gendong, bantuin ngasih cemilan atau nemenin mereka main.
Dua keponakan kesayangan ate Taro :) |
Jabatan "baby sitter" nggak hanya berlaku di lingkungan emak embak blogger Semarang. Di kantorpun jabatan itu "laku". Banyak anak-anak teman kantor yang "ngintil" ketika sudah berinteraksi dengan saya.
Tante, ini caranya gimana? :) |
Nggak usah heran kalau kemarin sebelum lebaran saya sempat posting foto agak-agak lebay di facebook. Anak-anak kalau sudah kenal dan berinteraksi dengan saya sekali. Pertemuan selanjutnya akan lebih gampang diajak ngobrol dan bercanda. Paling cukup saya panggil dan tanya macem-macem di awal. Selanjutnya mereka sendiri yang merepet dan nggak mau jauh-jauh sama tantenya ini.
Rahasia seorang baby sitter andalan
Terkadang heran mengapa anak-anak gampang dekat dengan saya. Secara banyak yang bilang wajah saya itu "judes" alias "datar". Beberapa orang bilang kalau ketemu pertama kali pasti saya tuh dikira sombong, judes dan cuek. Yaa gimana ya, wong aslinya saya tuh pendiam. Nggak boleh protes lhoo *kibas jilbab.
Kalau banyak yang bilang judes tapi kok anak-anak nggak takut ya? Malah pada lengket ngalahin perangko?
"Posisikan diri sebagai teman sebaya ketika bertemu anak-anak"
Keliatan masih imut semua, kan? |
Prinsip dan trik ini yang saya terapkan selama ini. Alhamdulillah manjur.
Bagaimana caranya?
Gampang banget. Ajak mereka ngobrol. Tanya hal-hal yang ada di sekitar atau sedang dilakukan. Tanya tentang sekolah atau kegiatan sehari-hari. Anak-anak tak serta merta bisa menerima orang lain. Lakukan pedekate pelan-pelan. Kalau gedrabugan biasanya mereka malah takut. Kan nggak asyik bikin anak orang trauma sama kita. Ya nggak?
Kesayangan :) |
Masih dicuekin?
Kalau usaha nggak ada hasilnya saya biasanya ngajakin foto. Entah ramean sama emak-emaknya. Atau hanya wefie bareng anak-anak. Terbukti manjur juga.
Jaman sekarang siapa sih yang nggak kenal kamera? Sebagian besar anak-anak yang dekat dengan saya sudah mudeng kalau ada komando "yuk selfie sama tante". Mereka akan langsung pasang wajah terbaik. Hahaha. Entah malu-malu, gembira, manyun atau ekspresi aneh. Pokoknya ngegemesin!
Kenalan dulu sama Lala ah :* |
Kejar cita-citamu, Nak! Selagi kamu mampu dan mau :) |
Beberapa teman sering menyampaikan salam dari anak-anaknya. Bahkan ada yang sudah lama tak berjumpa tiba-tiba menanyakan tantenya dan ingin difoto. Ternyata mereka masih ingat interaksi kami dari berfoto. Di sinilah letak kebahagiaan saya. Alasan terbesar mengapa saya selalu jatuh cinta pada anak-anak. Saya diingat anak-anak!
Nggak jarang juga ketika bertemu lagi mereka akan langsung nodong buat foto bareng. Hehehe. Mereka nggak rela lihat kamera nganggur.
Kamera ponsel, sahabat pedekate saya kepada anak-anak
Saya, kamera ponsel dan anak-anak ibarat sahabat yang tak bisa dipisahkan. Saya cinta pada anak-anak. Sedangkan kamera ponsel merupakan jembatan penghubung antara saya dan anak-anak. Berkat kamera ponsel saya bisa lebih gampang mengajak anak-anak berinteraksi. Di sini bukan dalam arti saya mengajarkan anak-anak untuk mainan gadget lho. Saya sering kok membatasi acara selfie dan wefie. Mengajak mereka melakukan kegiatan lain setelahnya.
Kita bersaudara ya, Nak :) |
Cilukkkk! Baaa...!! |
Sudah lama saya ngidam ponsel dengan kamera depan yang bisa dibilang "mumpuni" buat selfie atau wefie. Saya sih prefer wefie. Soalnya saya nggak pede kalau selfie. Hahaha. Setidaknya kamera depan yang mumpuni bisa buat modal lagi kalau kopdar. Hehehe. Biasanya akan ada bayi atau anak-anak baru yang diajak. Saya kan perlu pedekate lagi. Kalau sama anak-anak lama tinggal colek-colek dan sapa-sapa mereka.
Yay! I'm free! |
Sering dengar kalau kesan pertama itu menentukan langkah selanjutnya nggak?
Nanti kita berantakin rumah yuk, Dek! |
Nah kebayang kan kalau pas pedekate saya ngajakin wefie terus hasilnya bagus? Pasti mereka seneng banget!
Saat iseng browsing, hati ini tertarik pada Zenfone 2 Laser ZE550KL keluaran dari ASUS. Saya merasa spesifikasi yang dimiliki cukup membantu saya dalam urusan pedekate sama anak-anak. Kamera depan 5MP sangat cukup untuk mendapatkan hasil terbaik saat wefie.
Ngerayu si Kriwil Lala :) |
Ayo kita tangkap balonnya, Dek! |
Tidak bisa dipungkiri bahwa saya nggak bisa lepas dari kamera ponsel. Mengabadikan hal-hal kecil lebih gampang dilakukan dengan kamera ponsel. Terutama untuk urusan pedekate kepada anak-anak. Selain butuh trik khusus, kamera ponsel juga sahabat andalan!
Kau sedang menatap masa depan, Nak? :) |
Kalau kamu suka juga sama anak-anak nggak? Gimana pedekatenya? Share donk!
Kapan kapan titip jiwo yaaa... mamake mau shopping. okesip :v
BalasHapusCieeeee yang selfie ama Lala.... :D
BalasHapusIya tuh, kalo ada tante Taro, aman deh dunia kopdar emak-emak, wkwkwkk
BalasHapusOh ini tho rahasianya, pantesan Aim dulu mau diajak foto. Eh tapi Aim sekarang tambah aktif lho, ayo bisa ga luluhin dia supaya anteng ama Taro? :D
BalasHapusKayaknya onti Taro belum pernah wefie sama Rara ya..hehe
BalasHapuskapan dooong :p
wehhee... kalo aku sma keponakan2 kecilku..
BalasHapustak cuma mau diajak poto bareng. Pas abis moto, minta buka palikasi game khusus anak yg ada di hapeku, mba :D
Banyak peristiwa yang perlu diabadikan melalui smartphone ya mbak :)
BalasHapustingkah polah anak-anak yang terekam jadi lucu2 ya mbak...hihii
BalasHapusemak2 banget kalo ponselnya isinya foto anak2nya semua deh pasti, ternyata onti taro juga ;)
BalasHapusmbak tari sudah siap nih jadi ibu...anak2 memang lucu ya mbak menggemaskan dan membuat suasana jadi rame
BalasHapusSAyang, nggak bisa nitipin Vivi ke Taro :p
BalasHapusThks ya sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
Bener banget. Anak sekarang nggak mau disodorin permen. Maunya gadget.
BalasHapusfotonya arkaan tak ada huhuhu
BalasHapus